Thursday, November 26, 2009

Serial Ki Bijak) Nilai Sebuah Kepatuhan


(Serial Ki Bijak) Nilai Sebuah Kepatuhan

Oleh casnadi
Wednesday, 25 July 2007


"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...." sapa Maula pada gurunya yang masih duduk bersila selepas shalat isya.

"Walaikumusaalam....." Balas Ki Bijak sambil tersenyum menyambut uluran tangan muridnya.

"Ki, seberapa pentingkah kita shalat berjamaah shalat dimasjid.....?" Tanya Maula

"Kenapa Nak Mas......?" Tanya Ki Bijak.

"Iya Ki, ana hari minggu kemarin shalat ashar dimasjid RW sebelah, dan beberapa hari lalu juga ana shalat isya dimasjid kampung itu, ada hal yang sangat menyentuh hati ana disana ki..........." Kata Maula.

"Apa itu Nak Mas....?" Tanya Ki Bijak.

"Alhamdulillah, masjidnya sekarang besar dan megah, tapi itu ki, jamaahnya kurang dari satu shaf.........." Kata Maula

Ki Bijak menghela nafas panjang mendengar penjelasan muridnya;

"Ya, itulah masalah kita sekarang ini Nak Mas, kita begitu bersemangat ketika membangun masjid, semua daya dan upaya kita kerahkan, tapi kita belum pandai untuk memakmurkannya................" Kata Ki Bijak.

"Sebelum Aki menjawab seberap pentingkah kita shalat berjamaah dimasjid, Aki ingin bertanya dulu pada Nak Mas, seberapa pentingkah Nak Mas pergi ke kantor...?" Tanya Ki Bijak.

"Ya penting sekali ki, karena kekantor adalah aturan perusahaan yang wajib ditaati oleh setiap karyawan ki..........?" Kata Maula.

"Meskipun misalnya Nak Mas bisa menyelesaikan pekerjaan kantor Nak Mas dirumah...?" Tanya Ki Bijak lagi.

"Ya Ki, meskipun ana bisa mengerjakan pekerjaan ana dirumah dengan lebih baik sekalipun, ana tetap diwajibkan kekantor....." Kata Maula.

"Selain peraturan perusahaan, ada alasan lain yang mengharuskan kita pergi kekantor tiap hari Nak Mas...?" Tanya Ki Bijak.

"Iya Ki, katanya kehadiran adalah sebuah bukti komitmen, loyalitas dan kedisplinan kita sebagai seorang karyawan....." Kata Maula.

"Itulah jawaban dari pertanyaan Nak Mas, bahwa kita diwajibkan kemasjid menurut sebagian ulama, adalah karena dengan shalat berjamaah dimasjid, berarti kita telah mengagungkan yang memerintahkan shalat, yaitu Allah, selain juga disana ada nilai komitmen, disana ada nilai loyalitas, disana ada nilai kedisiplinan, disana ada nilai kepatuhan, disana ada nilai ketaatan, dan masih banyak lagi nilai yang akan kita dapat dengan shalat berjamaah dimasjid, meskipun kita sudah paham bacaan dan gerakan shalat dengan baik sekalipun........, karena sekali lagi, sangat mungkin nilai loyalitas dan ketaatan kita jauh lebih dihargai oleh Allah meskipun shalat kita belum sempurna, dari pada shalat yang sudah baik, tapi tidak disertai ketundukan dan ketaatan dalam melaksanakannya......" Kata Ki Bijak.

Maula mengangguk demi mendengar penjelasan gurunya.

"Lalu kalau Aki tidak salah ingat, Nak Mas juga pernah bercerita kepada Aki bahwa ketika kuliah dulu, Nak Mas diwajibkan menghadiri perkuliahan oleh dosen Nak Mas, meskipun dikantor Nak Mas mendapat pelajaran yang mungkin jauh lebih maju daripada pelajaran yang didapat dikuliah......?" Tanya Ki Bijak.

"Ya Ki, pak dosen tidak mau menerima alasan ana, kalau dikantor ana ada konsultan yang bisa memberikan tambahan pengetahuan yang applicable kepada ana....." Kata Maula.

"Menurut Aki, alasan dosen Nak Mas itu bukan semata karena pelajaran dikuliahan lebih baik dari konsultan yang dikantor Nak Mas, tapi lebih pada kepatuhan dan kedisiplinan Nak Mas dalam mengikuti aturan yang telah ditetapkan Universitas........." Kata Ki Bijak.

"Dalam hal shalat pun demikian Nak Mas, nilai ketaatan dan ketundukan pada perintah Allah dan Rasul-Nya, jauh lebih berharga daripada apapun......" Kata Ki Bijak.

"Masih ada banyak contoh lain yang bisa kita temukan untuk menggambarkan bagaimana kepatuhan terhadap sebuah 'perintah', jauh lebih dihargai daripada hal yang kita ada-adakan sendiri......" Kata Ki Bijak.

"Misalnya apa lagi Ki.......?" Tanya Maula.

"Misalnya Nak Mas menjahit sebuah baju pada seorang tukang jahit, Nak Mas menghendaki baju lengan pendek, tapi kemudian begitu jadi, ternyata baju pesanan Nak Mas dibuatkan lengan panjang oleh situkang jahit, dengan alasan bahwa baju lengan panjang lebih bagus menurut situkang jahit, apakah Nak Mas akan menerima baju yang tidak sesuai dengan pesanan Nak Mas....?" Tanya Ki Bijak.

Maula menggeleng, tanpa tak setuju kalau baju lengan pendek yang dipesannya diganti dengan lengan panjang oleh si tukang jahit.

"Kenapa...?" Tanya Ki Bijak.

"Karena ana pesannya lengan pendek Ki...." Kata Maula.

"Meskipun baju lengan panjang itu lebih baik...?" Tanya Ki Bijak.

"Lebih bagus kan menurut tukang jahit itu ki, tapi kan yang mau pakai baju itu ana ki, bukan tukang jahit itu......." Kata Maula.

"Yang memerintahkan shalat kemasjid itu Allah dan Rasul-Nya, kalau kemudian kita merasa bahwa shalat dirumah itu lebih baik, bagaimana menurut pendapat Nak Mas...?" Tanya Ki Bijak.

"Ya mungkin shalat kita tidak akan diterima Ki, seperti ana yang tidak suka baju lengan panjang yang tidak sesuai dengan pesan ana tadi......." Kata Maula.

"Nak Mas benar, mungkin,(sekali lagi mungkin, karena hanya Allah saja yang berhak menentukan) shalat kita tidak diterima, karena tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya............., untuk itu, sedapat mungkin datang kemasjid untuk shalat berjamaah Ya Nak Mas, minimal pahalashalat kita akan dilipat gandakan daripada kita shalat sendiri dirumah." Kata Ki Bijak.

"Kita ini kadang suka 'ngeyel' dan sok tahu, sehingga buat aturan menurut versi kita, padahal ilmu kita sangat-sangat terbatas, kita tidak tahu rahasia apa yang tersembunyi dibalik keagungan perintah shalat itu, yang pasti Allah tidak akan memerintahkan kita kemasjid, jika tidak ada kebaikan bagi kita dengan perintah itu........" Kata Ki Bijak.

"Ya ki, semoga masjid kita ini tetap makmur seperti ini ya ki..........." Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, "Insya Allah Nak Mas......................"

sumber : Disini


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Post a Comment

Terbaru

Kuliner

Popular Posts

 

Berita Dan Informasi Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha